PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dunia filsafat terutama dalam dunia filsafat ilmu. teori-teori kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap mencari kebenaran tersebut di
dalam suatu masalah pokok. Setiap kebenaran harus
diserap oleh kebenaran itu sendiri serta kepastian dari
pengetahuan tersebut, dari suatu
hakikat kebeneran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh manusia terutama para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan mengalami pertentangan batin yakni konflik spikologis.
Menurut para ahli filsafat,
kebenaran bertingkat-tingkat bahkan tingkatan tersebut bersifat hirarkhis.
Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain serta tingkatan kualitasnya ada kebenaran
relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula
kebenaran umum universal.
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain
dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau
empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang
berlaku di alam itu dapat dimengerti.
Dalam penulisan makalah
ini, dilatarbelakangi karena pentingnya bagi kita semua sebagai pelengkap pengetahuan
kita tentang filsafat ilmu, juga
semoga kita dapat mengaktualisasikan dalam
keseharian, selagi itu masih
dalam syariat islam. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kebenaran dan Kaitannya
Kata "kebenaran" dapat digunakan sebagai suatu kata benda
yang konkrit maupun abstrak (Abbas Hamami, 1983). Jika subyek hendak menuturkan
kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna
yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement.1
Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia
(subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi, kebenran ada pada seberapa jauh
subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan bersal mula
dari banyak sumber.2 Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi
sebagai ukuran kebenaran.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,3 yang ditulis oleh
Purwadarminta menjelaskan bahwa kebenaran itu adalah :
-
Keadaan
(hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang
sesungguhnya. Misalnya kebenran berita ini masih saya ragukan, kita harus
berani membela kebenran dan keadilan.
-
Sesuatu
yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-betul hal demikian halnya, dan
sebagainya). Misalnya kebenaran-kebenran yang diajarkan agama.
-
Kejujuran,
kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu.
-
Selalu
izin, perkenaan, misalnya dengan kebenran yang dipertuan.
-
Jalan
kebetulan, misalnya penjahat itu dapat dibekuk
dengan secara kebenaran saja.
Terdapat bermacam katagori atau tingkatan dalam arti kebenaran ini,
maka tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjek yang memiliki
pengetahuan akan memilki persepsi dan pengetahuan yang amat berbeda satu dengan
yang lainnya.
Pertama-tama, Kebenran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya semua
pengetahuan yang dimilki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dititik
dari jenis pengetahuan yang dibangun. Dengan demikian tingkatan pengetahuan
adalah:
1.
Pengetahuan
yang memiliki sifat subjektif, artiny amat terikat pada subjek yang mengenal.
2.
Pengetahuan
ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik
dengan menerapkan atau hampiran metodologi yang khas pula.
3.
Pengetahuan
filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi
pemikiran filsafati.
4.
Kebenaran
pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama.
Kedua, Kebenaran
yang berkaitan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan
alat apakah seseorang membangun pengetahuannya itu. Apakah ia membanguannya
dengan penginderaan atau sense experience, atau akal pikir atau
ratio, intuisi, atau keyakianan. Jenis pengetahuan menurut ini terdiri atas:
1.
Pengetahuan
indrawi
2.
Pengetahuan
akal budi
3.
Pengetahuan
intuitif
4.
Pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoritatif.
Ketiga, kebenaran
pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan itu,
artinya bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, Jika subjek
yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenran yang
sifatnya subjektif. Atau jika objek amat berperan maka sifatnya objektif.4
B.
Teori-teori
Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang
kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aritoteles.
Sebagaiman dikemukakan oleh filusuf abad XX Jaspers sebgaimana yang dikutip
oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini
hanya melengkapi dan menyempurnkan filsafat Plato dan Aritoteles.5 Teori
kebenaran itu selalu pararel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori
pengetahuan itu terdiri atas:
1.
Teori
Kebenaran Korespondensi (berhubungan)
- Tokoh Korespondensi dan Pengertiannya
Teori ini dikenal sebagai
salah satu teori kebenaran tradisional (White,
1978) , teori yang paling awal atau tua yang berangkat dari teori
pengetahuan Aritoteles yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui
adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek
(Ackerman, 1965) , hal ini juga
sebagaimana dikemukakan oleh Hornie (1952) dalam bukunya Studies in
Philosophy menyatakan "The Correspondence theory is an old
ane". Dan hal ini juga sesuai dengan pendapat Kattsoff (1986) yang
menyatakan bahwa "kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence)
antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang
sungguh-sugguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya.6
Teori ini adalah teori
yang Sangat menghargai pengamatan dan pengujian empiris, teori ini lebih
menekankan cara kerja pengetahuan aposterion, menegaskan dualitas antara S dan
O. Pengenal dan yang dikenal, dan menekankan bukti bagi kebenaran suatu
pengetahuan.7
- Kriteria Kebenaran
Korespondensi
Teori ini juga dapat
diartikan, bahwa kebenaran itu adalah kesesuaian dengan fakta, keselarasan
dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual. Sebagai contoh, jika
seorang menyatakan bahwa "Kuala lumpur adalah Ibu Kota Negara
Malaysia", pernyataan itu benar karena pernyataan tersebut berkoresponden
, memang menjadi Ibu Kota Negara Malaysia. Sekiranya ada orang yang menyatakan
bahwa "Ibu Kota Malaysia adalah Kelantan", maka pernyataan itu tidak
benar, karena objeknya tidak berkoresponden dengan pernyataan tersebut
.
2.
Teori
kebenaran Koherensi
- Tokoh Koherensi dan Pengertiannya
Teori kebenran lain
yang dikenal tradisional juga adalah teori kebenaran Koherensi. Teori Koherensi
dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan
Bradley.
Menurut Kattsoff (1986)
dalam bukunya Elements of Philosophy "...... suatu proposisi cendrung cendrung benar jika
proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan prosisi-prosisi lain
yang benar, ata jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan
dengan pengalaman kita ".
Teori kebenaran koherensi ini biasa
disebut juga dengan teori konsitensi. Pengertian dari teori kebenaran koherensi
ini adalah teori kebenaran yangØ medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui kebenarannya.
- Kriteria Kebenaran
Koherensi
Teori ini juga dapat
diartikan, sebagai suatu pernyataan yang
dianggap benar kalau pernyataan tersebut koheran dan konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya. Jadi, suatu pernyataan dianggap benar apabila
pernyataan tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan
pernyataan-pernyataan lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam
keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Dengan kata lain, suatu
proposisi itu benar jika mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang
telah ada dan benar adanya. Contohnya, bila kita beranggapan bahwa semua
manusia akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar adanya. Jika
Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan
pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan yang kedua konsisten dengan
pernyataan yang pertama.8
3.
Teori
Kebenaran Pragmatik
-
Tokoh
Pragmatik dan Pengertiannya
White (1978) dalam
bukunya Truth; Problem in Philosophy, menyatakan teori kebenaran
tradisional lainnya adalah teori kebenarn pragmatik. Paham pragmatik
sesungguhnya merupakan pandangan filsafat kontemporer karena paham ini baru
berkembang pada akhir abad XIX dan aw al abad XX oleh tiga filusuf Amerika
yaitu C.S Pierce, Wiliam James, dan john Dewey. Menurut paham ini White lebih
lanjut menyatakan bahwa:
"..... an idea --a term
used loosly by these philosophers to cover any "opinion, belif, statement,
or what not"--is an instrument with a paticuler function. A true ideas is
one which fulfills its function, which works; a false ideas is one does
not."9
Pragmatik atau
Pragmatisme adalah ajaran mengenai pengertian, a
theory of meaning, ajaran mengenai pengertian, secara pragmatik di
definisikan sebagai berikut :
"Jika saya bertindak pada objek A,
Tindakan itu dilaksanakan dengan cara X,
Maka panca indera saya akan mengalami Y."
Jika kita terapkan difenisi diatas, dengan menyebut objek A dalam
bentuk istilah atau nama, katakanlah "pohon". Maka rumus itu akan
menjadi :
"Jika saya menjama batang pohon, maka saya akan merasakan
sesuatu yang kasar" atau "keras".
Andaikata peristiwa terjadi pada musim panas:
"Jika saya
berdiri diatas pohon, maka saya akan merasakan keteduhan".
Maka pragmatisme merupakan ajaran tentang pengertian, ialah pengertian
suatu istilah yang terjadi okeh karena sikap dan pengalaman.10
Ada 3 patokan yang di setujui aliran pragmatik11 yaitu:
1.
Menolak
segala intelektualisme
2.
Aktualisme
3.
Meremehkan
logika formal
- Kriteria Kebenaran Pragmatik
Jadi menurut pandangan teori ini bahwa suatu
proposisi bernilai benar bila proposisi ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi
praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri.
Karena setiap pernyataan selalu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat
praktis, maka tiada kebenran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab
pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam
perkembangannya pengalaman itu senatiasa berubah. Hal itu karena dalam
prakteknya apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutmya.
Atau dengan kata lain bahwa suatu pengertian itu tak pernah benar melainkan
hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat dimanfaatkan praktis.
4.
Teori Kebenaran Struktural Paradegmatik
- Tokoh Struktural Paradegmatik dan Pengertiannya
Teori ini banyak dikembangkan oleh
beberapa ilmuan antaranya adalah Thoams Kuhn. Khun menampilkan konsep
rekontruksirasional. Khun mensinyalir kebanyakn ilmuan hanya menampilkan ilmu
pada dataran moziak saja, belum menjangkau dataran rekontruksi rasional menjadi
suatu pradigma.12 Menurut khun pradigma tersebut ada beberapa hal,13 yaitu:
1.
Meningkatkan
kesesuaian antara observasi dengan pradigma
2.
Memperluas
skopa pradigma menjadi mencakup fenomena tambanahan
3.
Menetapakn
nilai universal konstan
4.
Merumuskan
hukum kuantitatif untuk menyempurnakan pradigma.
5.
Menetapkan
alternative cara menerapakn pradigma pada telaa baru.
-
Kriteria
Kebenaran Struktular Paradigmatik
Menurut teori struktular pradigmatik
ini, bahwa Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada
paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau
mendukung paradigma tersebut.14
Banyak
sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena
atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu
ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara
apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oleh
Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh
anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains
adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama.
5. Teori kebenaran
Performatik
- Tokoh Performatik dan Pengertiannya
Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan Peter
Strawson. Para filsuf ini hendak menentang teori klasik bahwa “benar” dan
“salah” adalah ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu. Proposisi yang benar berarti proposisi itu menyatakan
sesuatu yang memang dianggap benar. Menurut teori
ini, suatu pernyataan dianggap benar jika ia menciptakan realitas. Jadi pernyataan yang benar bukanlah
pernyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi justeru dengan pernyataan itu
tercipta realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu.15
Sederhanya teori kebenaran performatif adalah mereka melawan teori
klasik bahwa benar dan salah adalah ungkapan deskriptif jika suatu pernyatan
benar kalau ia menerapkan realitas.16
- Kriteria kebenaran
Performatik
Menurut teori
ini, suatu pernyataan kebenaran bukanah kualitas atau sifat sesuatu, tetapi
sebuah tindakan (performatik). Untuk menyatakan suatu itu benar, maka cukup
melakukan tindakan konsesi (setuju/ menerima/ membenarkan) terhadap gagasan
yang telah dinyatakan. Dengan demikian, tindakan performatik tidak berhubungan
dengan diskripsi benar atau salah dari sebuah keadaan faktual. Jadi, sesuatu
itu dianggap benar jika memang dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
6. Teori Kebenaran Proposisi
- Tokoh Proposisi dan Pengertiannya
Diantara tokoh dari teori ini adalah AMW. Pranaka (1987) yang
mengelompkkan kebenaran ini kedalam tiga jenis kebenaran, yaitu; 1) kebenaran
epistemologikal 2) kebenaran ontologikal 3) kebenaran yang dalam Lincoln & Guba (1985)
mengungkapkan empat jenis kebenaran yang berbeda, yaitu: 1) kebenran empiris 2)
kebenaran logis 3) kebenaran etis 4) kebenaran metafisis.
Proposisi
merupakan kalimat logika yang mana pernyataan tentang hubungan antara dua
atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Ada yang mengartikan
proposisi sebagai ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan atau
penginkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subjek) yang dapat
dinilai benar atau salah.
Unsur-unsur Proposisi17:
·
Term
subjek; hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subjek
dalam sebuah proposisi disebut subjek logis. Ada perbedaan antara subjek logis
dengan subjek dalam sebuah kalimat. Tentang subjek logis harus ada penegasan/
pengingkaran sesuatu tentangnya.
·
Term
predikat; isi pengakuan atau pengingkaran.
·
Kopula;
menghubungkan term subjek dan term predikat.
Terdapat
beberapa jenis Proposisi,18 yaitu:
·
Proposisi
Berdasarkan Bentuknya, yaitu
1) proposisi tungal yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. 2)
proposisi majemuk yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
·
Proposisi
berdasarkan sifatnya, yaitu proposisi yang hubungan subjek dan predikatnya
tidak memerlukan syarat apapun.
·
Proposisi
berdasarkan kualitasnya, yaitu 1) Proposisi Positif, atau Afirmatif, merupakan
proposisi yang predikatnya membenarkan subjek. 2) Proposisi Negatif, merupakan
proposisi yang predikatnya tidak mendukung/ membenarkan subjek.
·
Proposisi
berdasarkan Kuantitasnya
Proposisi Umum (universal), adalah proposisi dimana predikat
mendukung atau mengingkari semua subjek. Proposisi Khusus (partikular), adalah
proposisi dimana pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan
bagian dari predikat.
- Kriteria Kebenaran
Proposisi
Menurut teori
ini, sesuatu bisa dianggap benar apabila sesuai dengan persyaratan materilnya
suatu proposisi, bukan pada syarat formal proposisi, dalam sumber lain ada juga
yang menambahkan dengan bentuk kebenaran lain yang disebut dengan kebenaran
sintaksis.19
Selanjutnya,
berkaitan dengan kebenaran yang disebutkan diatas, perlu juga dikemukakan bahwa
ukuran kebenaran dalam filsafat bersifat logis tidak empiris atau logis dan
logis saja, maka ukuran kebenarannya adalah logis tidaknya penegtahuan itu.
Bila logis maka dia pandang benar, dan bila tidak logis maka salah. Sementara
itu dalam ilmu bersifat logis empiris
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap
mencari kebenaran tersebut di dalam suatu masalah pokok. Setiap kebenaran harus
diserap oleh kebenaran itu sendiri serta kepastian dari pengetahuan tersebut,
dari suatu hakikat kebeneran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh
manusia terutama para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan
mengalami pertentangan batin yakni konflik spikologis.
Di dalam menaggapi teori kebenaran ini,
terdapat banyak pendapat yang mengartikan tentang teori kebenarn ini, kita
tidak dapat berpatokan hanya pada satu
pendapat atau definisi saja, karena perbedaan pendefinisian itu adalh sebagai
perbangdingan bagi kita.
Manusia itu adalah satu makhluk yang
selalu mencari kebenaran, dengan memahami teori kebenaran dari berbagai pakar
filsafat, dapat terus mengembangkan dan memudahkan dalam mencari kebenaran.
Daftar Pustaka
-
Tim dosen filsafat ilmu UGM.Filsafat Ilmu. Liberty,
Yogyakakta:2007.
-
Susanto, Drs.A. M.Pd.Filsafat Ilmu:suatu kajian dalam
dimensi Ontologis,............ Bumi
Aksara,Jakarta:2011
-
Bawingan. Drs.G.W.SH.Sebuah Studi tentang Filsafat.Pradya
Pramita,Jakarta:1981
-
http://rakrianmujahid.blogspot.com/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-teori-kebenaran.html
-
Konrad Kebung, log.cit
1Tim dosen
filsafat ilmu UGM.Filsafat Ilmu. Liberty, Yogyakakta:2007.hlm,135.
2 Drs.A. Susanto,M.Pd.Filsafat Ilmu:suatu kajian dalam
dimensi Ontologis,............ Bumi Aksara,Jakarta:2011.hlm,85
3Ibid,hlm,86
4 Tim dosen filsafat ilmu UGM.Filsafat Ilmu. Liberty,
Yogyakakta:2007.hlm,137
5Ibid.hlm,138
5Ibid, hlm.138
7 http://rakrianmujahid.blogspot.com/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-teori-kebenaran.html
8 Drs.A. Susanto,M.Pd.Filsafat Ilmu:suatu kajian dalam
dimensi Ontologis,............ Bumi Aksara,Jakarta:2011.hlm. 86
9 Tim dosen filsafat ilmu UGM.Filsafat Ilmu. Liberty,
Yogyakakta:2007.hlm.140
10Drs.G.W.Bawingan.SH.Sebuah Studi tentang Filsafat.Pradya
Pramita,Jakarta:1981.hlm.101
11 http://rakrianmujahid.blogspot.com/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-teori-kebenaran.html
13Ibid.miazart,blogspot.com
14 http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/02/teori-teori-kebenaran-korespondensi-koherensi-pragmatik-struktu.....
16 Konrad Kebung, log.cit
17 http://rakrianmujahid.blogspot.com/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-teori-kebenaran.html
19 Drs.A.
Susanto,M.Pd.Filsafat Ilmu:suatu kajian dalam dimensi
Ontologis,............ Bumi Aksara,Jakarta:2011.hlm88